Selasa, 08 Januari 2019

➤ Hidup Ibarat Perlombaan Semarak Ditonton Orang Abdi Desa

Dalam waktu yang bersamaan, kita sebenarnya dihadapkan pada sebuah perlombaan, sama percis seperti sepak bola, lomba lari, menyusun kotak-kotak, memanjat tebing, atau perlombaan lainnya. Tentu saja, ada yang menang dan ada yang kalah.

Kita ambil satu contoh kompetisi bermain bola, sebut saja Champion. Sebelum masuk ke putaran final, setiap team adalah team terbaik dari negaranya.

Lalu menjadi perwakilan dari Negaranya masing-masing, kemudian setiap team harus mengikuti penyisihan terlebih dahulu, mereka harus bertempur mati-matian untuk mendapatkan tiket ke putaran final.

imageSegala persiapan seperti mental, latihan rutin, strategi yang baik adalah modal awal untuk membunuh para lawannya.

Lawannya pun tak tinggal diam, mereka melakukan persiapan yang sama. Yang lolos adalah team yang persiapannya lebih matang dari para lawannya, mereka berhak mendapatkan tiket atas perjuangan dan kematangannya.

Kendatipun percaya bahwa masih ada Dewi fortuna, itu tidak bisa diandalkan, sebab munculnya tak terduga, bayangkan saja jika keberuntungan itu tidak muncul disaat team sedang mengharapkannya, bisa-bisa mati penasaran dengan harapan kosong itu.    

konsep inilah yang diusung untuk megarungi kehidupan, namun tak sekejam sebuah perlombaan yang dijalani setiap pertandingan.

Sebab hidup tak mengenal kalah lantas rugi. Jauh dari itu sebuah kekalahan adalah tingkat pertama yang mesti diterima dengan lapang dada, kemudian beranjak melangkah ke tingkat berikutnya.

Dari kekalahan itu muncullah pelajaran, semakin banyak mengalami kekalahan semakin banyak pula pelajannya, maka dari setiap kekalahan berarti harus ada yang diperbaiki, dikelola kembali, tanpa membuyarkan mimpi.

Ambil strategi lain untuk menghadapinya, temukan titik-titik kelemahan yang menyebabkan kekalahan itu sendiri.

Pantasnya kata rugi itu disematkan sebagai sandaran. Memang rugi jika tak dapat mengambil hikmah dari setiap kekalahan. Kemudian dijadikan kekalahan sebagai ujung dari perjalanannya.Kerugian-kerugian yang harus ditanggung.

Pertama, kerugian meninggalkan jejak-jejak langkah yang sebelumnya diperjuangkan.

Kedua, borosnya waktu yang dikeluarkan dengan hasil tak diketahui.

Ketiga, mengambil mimpi lain berarti harus kembali ke awal lagi, susuri jalan-jalan lagi.

Keempat, harapan semakin menipis, sebab usia semakin bertambah, kelima, pesaing lain bermunculan bahkan umurnyapun relatif muda yang memiliki pemikiran yang lebih brilian. Dan hanya kata-kata pasrah yang dapat menghapus kerugian ini.

Waktu terus berputar, tak kan pernah berhenti. Semakin diam, semakin tidak mendapatkan apa-apa. Lihat orang-orang disekitarmu, mereka sibuk dengan rutinitasnya, lihat jalan-jalan raya, mobil motor berlalu lalang.

Tanpa sadar mereka telah melewatkan waktu dengan kegiatan-kegiatan yang positif, tapi yang mereka tau bahwa ini hanya rutinitas biasa yang meraka lakukan tiap harinya, tanpa berpikir panjang ke depan.

Sekali lagi, memang betul setiap orang terlihat bergegas sibuk, tapi apakah kesibukannya ditata dengan baik, diatur, dipikirkan jangka pendek-panjangnya, jawabannya, ada yang iya, ada juga yang tidak.

Dan kita adalah orang yang mestinya mengambil kesempatan iya bagi orang yang mengatakan tidak.Perlombaaan tidak terelakkan, dari sisi yang bersamaan kita dipacu untuk bergerak terus. Dipacu untuk melakukan sesuatu.

Coba saja bayangkan jika apa yang menjadi tujuan, harapan, angan-angan yang sudah kita gambarkan, titik yang sudah kita arahkan busur panahnya. Ternyata, banyak busur panah lain yang mengarah pada satu titik itu.

Kalau tidak cepat-cepat bergegas, atau kefokusannya tidak terjaga, atau hanya asal lempar saja, bisa-bisa satu titik itu sudah terisi oleh busur panah lain. Waw… mau enggak diisi orang? Enggak mau kan.

Maka, persiapkan sekarang juga. Inilah persiapan-persiapan agar bisa menang dalam perlombaan nanti.Hidup adalah perjuangan dan menyakitkan, jika bangkit dari itu, maka ia lah pemenangnya. Dialah yang menjadi manusia beruntung tanpa melupakan semua apa yang telah diberi tuhan.


Source : https://www.abdidesa.com/2018/08/hidup-ibarat-perlombaan-semarak.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar